Kamis, 06 Agustus 2015

Pembangunan Pelabuhan Terintegrasi Kawasan Industri Untuk Memberdayakan Ekonomi Maritim

Sudah 70 tahun merdeka, mimpi para founding fathers tersebut belum juga menjadi kenyataan akibat sekian lama orientasi kebijakan yang cenderung mengikuti nalar daratan dan meninggalkan identitas lautan.  Kini, pemerintahan yang baru hasil pemilu 2014 kembali mengusung visi maritim yang pernah dicita-citakan oleh founding fathers.
Untuk mewujudkan misinya tersebut Jokowi-JK merumuskan dalam 3 Trisakti yakni Berdaulat Di Bidang Politik, Berdikari Ekonomi dan Berkepribadian Dalam Kebudayaan. Adapun untuk janji program nyata yang akan dilaksanakan terutama dalam menunjang visi berdikari ekonomi dalam sektor maritim adalah sebagai berikut : point ke (19) Pengembangan industri perkapalan di dalam negeri untuk menyediakan sarana transportasi laut yang aman, efisien dan nyaman (20) Pengembangan kapasitas dan kapabilitas perusahaan jasa kapal laut di Indonesia (21) Pengembangan rute kapal laut yang menghubungkan seluruh kepulauan di Indonesia secara efisien termasuk pulau-pulau terisolasi (22) Revitalisasi pelabuhan laut yang sudah ada, terutama pengembangan Belawan, Tanjung Priok, Tanjung Perak, Bitung, Makasar dan Sorong sebagai Hub Port berkelas internasional ,(23) Membangun dryport, (26) Penurunan biaya logistik 5% per tahun dengan mengembangkan sitem transportasi umum massal terintegrasi yang berimbang baik di lautan, udara maupun darat, (34) Bertambahnya kapal domestik (35) Peningkatan jumlah pelabuhan kontainer (10 unit).
Untuk konektivitas antar pulau-pulau di Indonesia Jokowi-JK menjadikan proyek tol laut sebagai proyek unggulan. Tol laut bukanlah jalan tol yang dibangun diatas laut atau di bawah laut. Menurut tim ahli ekonomi Jokowi-JK (dalam Kompas.com) , Tol laut adalah jalur kapal-kapal besar yang menghubungkan pelabuhan-pelabuhan utama Indonesia. Akan ada kapal rutin berlayar dari Sumatera ke Papua dan kembali. Kalau jadwal teratur maka sistem transportasi laut bisa efisien. Saat ini sistem transportasi laut khususnya untuk barang masih jauh dari apa yang dibayangkan. Tidak ada jadwal kapal berangkat, tiba dan penurunan barang secara pasti. Ini menyebabkan biaya logistik di Indonesia cenderung mahal. Pada tahun 2014, biaya logistik Indonesia mencapai 24 persen dari produk domestik bruto (PDB), sementara pada tahun 2011 mencapai 24,6 % dari PDB. Jelas sangat tidak efisien dan hampir separuh ongkos logistik di Indonesia disedot ongkos transportasi. Jauh lebih tinggi dibandingkan dengan Singapura sebesar 8 persen,  Malaysia 13 persen. Thailand 20 persen dan bahkan jauh lebih tinggi dari Vietnam yang hanya 25 persen PDB.
Djarwo Surjanto, Direktur Utama PT Pelindo III mengatakan, salah satu cara untuk mendukung program Tol Laut adalah dengan mengkhususkan Terminal Berlian dan TPS untuk bongkar muat petikemas. Lantas Jamrud Utara khusus curah kering dan general cargo Internasional; Jamrud Barat untuk curah kering internasional; serta Jamrud Selatan untuk general cargo dan curah kering domestik.
Selain itu, penataan juga dilakukan di Terminal Mirah yang saat ini difokuskan untuk kegiatan general cargo domestic, roro terminal, dan project cargo. Sedangkan Terminal Nilam digunakan untuk petikemas domestik, curah cair dan general cargo.


Dengan penataan ini pula, Djarwo menargetkan 3 juta TEUs arus petikemas bisa tercapai di seluruh terminal yang ada di Tanjung Perak pada akhir tahun 2014 ini. Target ini bukanlah angka yang mustahil, apalagi Terminal Teluk Lamong sejak Rabu (12/11/2014) juga telah resmi beroperasi.
Dengan anggaran pembangunan sebesar Rp4,1 triliun, Terminal Teluk Lamong didesain menjadi green port dengan berbagai peralatan yang serba otomatis. Bahkan crane yang digunakan juga masuk kategori Automatic Stacking Crane. Untuk tahap awal ini, Teluk Lamong didesain mampu menampung 1 juta TEUs petikemas.
Selain Terminal Teluk Lamong, untuk meningkatkan kapasitas dan mempermudah alur distribusi guna mendukung program Tol Laut, pada bulan April 2015 mendatang juga akan mulai dioperasikan Dermaga Pelabuhan Manyar serta kawasan industrinya yang dikenal dengan sebutan JIIPE (Java Integrated Industrial Port Estate). Saat ini bahkan juga dilakukan proses penambahan peralatan bongkar muat seperti Container Crane (CC), Harbour Mobile Crane (HMC), RTG, Fixed Crane dan peralatan pendukung lainnya.


Revitalisasi dan pendalaman Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) hingga minus 13 meter low water spring (LWS/di bawah permukaan air luat) juga terus dilakukan dan diharapkan bisa rampung pada Maret 2015 mendatang. "Jika alur sudah dalam, draft masuk kapal bisa dikontrol sehingga bisa menaikkan traffic petikemas yang masuk maupun keluar dari Tanjung Perak," kata dia.
Tak hanya itu, pelayanan windows system on schedule juga diterapkan. Dengan sistem ini, kepastian waktu sandar kapal semakin jelas dan dapat meningkatkan kunjungan kapal dengan target Turn Round Voyage (TRV) 5 hari. Djarwo Surjanto mengatakan, Revitalisasi APBS, klasterisasi terminal dan mulai beroperasinya Terminal Teluk Lamong serta rencana pengeoperasian Dermaga Manyar, tidak semata untuk meningkatkan bisnis perusahaan. Dukungan bagi program Tol Laut yang menjadi andalan Presiden Joko Widodo, adalah tujuannya.


Di internal PT Pelindo I, II, III, dan IV, kata dia, langkah ini sudah tertuang dalam konsep pendulum nusantara yang di dalamnya telah disepakati untuk meningkatkan kualitas layanan dan tarif yang sama di empat pelabuhan besar yaitu Pelabuhan Belawan (Medan), Tanjung Priok (Jakarta), Tanjung Perak (Surabaya), Pelabuhan Makassar, dan Pelabuhan Sorong (Papua).
Karenanya, sangat penting segera dilakukan pengembangan prasarana pelabuhan, peningkatan sarana angkutan laut, pembenahan sistem manajemen, peningkatan SDM, dan pengembangan prasarana dan sarana multimoda agar Tol Laut bisa berjalan sesuai harapan.
Kini, Tol Laut yang telah dicanangkan pemerintah mulai dijalankan. Tanjung Perak sebagai pelabuhan tersibuk kedua di Indonesia setelah Tanjung Priok, sudah siap menjalankan program ini. Terminal Berlian yang kini telah mampu menembus 1 juta TEUs adalah salah satu buktinya.

Aneka inovasi dan kebijakan yang telah diputuskan PT Pelindo III diharapkan mampu memberikan standar pelayanan yang jelas, cepat dan transparan. Begitu juga, pelabuhan lainnya di Indonesia juga harus ikut berbenah, "Sehingga Tol Laut sebagai poros maritim Indonesia benar-benar segera terwujud," kata Djarwo Surjanto, Direktur Utama PT Pelindo III.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar