Selasa, 11 Agustus 2015

Konservasi Sumber Daya Air Dengan Filosofi Hamemayu Hayuning Bawono

PENDAHULUAN


“Dan Kami turunkan air dari langit dengan suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan Kami pasti berkuasa menghilangkannya” (Alquran, Al Mu'minuun:18)
Sedemikian pentingnya air bagi kehidupan manusia, membuat air adalah harta yang dikuasai Negara untuk digunakan demi kemakmuran rakyat, seperti termaktub pada pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945. Mitra Negara dalam hal ini, melibatkan peran warga negaranya melalui perusahaan pengelolaan yang tentu dikendalikan oleh Negara melalui aturan-aturannya.
Air tawar adalah hal yang paling penting untuk kesejahteraan kita. Seperti mesin raksasa atau darah di tubuh kita, air bekerja siang dan malam. Siklus air dan ekosistem yang melekat adalah faktor utama bagi kehidupan planet ini. Dalam kehidupan manusia,air tawar digunakan untuk minum, mengolah makanan, mandi, energi, transportasi, pertanian, industri, dan rekreasi.Semakin bertambahnya jumlah penduduk setiap tahun membuat semakin banyak juga mulut yang harus dipenuhi dahaganya.Padahal sumber air bersih dari tahun ke tahun semakin menyusut jumlahnya bahkan ada yang sudah mengering.Dengan jumlah air yang semakin terbatas serta semakin banyaknya manusia menyebabkan terjadinya krisis air bersih. Selain jumlahnya, kualitas air tawar yang ada pun semakin rusak. Perebutan penggunaan air bersih untuk berbagai keperluan menyebabkan hilangnya akses yang layak terhadap air bersih bagi sebagian orang. Ditambah perilaku boros air bersih menyebabkan semakin banyak lagi orang yang kehilangan akses terhadap air bersih.Diperlukan usaha bersama untuk melindungi sumber daya air yang tersisa dari kerusakan dan pencemaran yang diakibatkan karena ulah segelintir masyarakat kita.
  

KONSERVASI SUMBER DAYA AIR


Dalam hal pengelolaan sumber daya air,kita bisa mencontoh salah satu negara di daratan Skandinavia,Swedia.Negara yang beribukota di Stockholm ini,telah berhasil dalam pembangunan infrastruktur air minum yang menjangkau semua kalangan masyarakat.Perlindungan terhadap sumber airpun diberlakukan dengan ketat.Jangankan membuang sampah di sungai maupun di danau yang satu lokasi dengan pengambilan air minum,sekedar berenangpun dilarang.Untuk lebih melindungi kualitas air serta akses air bersih yang lebih baik ,sejak tahun 1975 telah dilarang untuk membangun rumah baru dengan jarak 100 meter dari garis pantai.Tanpa adanya hukum yang mengatur izin mendirikan bangunan dekat perairan, maka dikhawatirkan akses terhadap air menjadi terbatas. Pembangunan yang tak dikendalikan, juga ditakutkan merusak kelestarian sumber daya air.
Negara dengan 10.000 lebih danau ini,sangat penting menjaga kualitas airnya.Danau-danau tersebut berfungsi sebagai sumber air cadangan bagi Kota Stockholm. Hukum dengan ketat membatasi penjarahan atas kawasan penyangga danau dari bangunan liar dan aktivitas manusia lainnya. Dengan adanya hukum yang ketat tersebut,kebersihan air di danau itu sangat terjaga karena nyaris setara dengan kualitas air minum.Menariknya lagi, air dari tiap keran di Stockholm dan Swedia pada umumnya dapat langsung diminum tanpa harus dimasak atau harus disaring terlebih dahulu.Sehingga di Swedia,air minum tidak ada yang dikemas dalam botol plastik yang merugikan kelestarian lingkungan.
Penyebab apakah sehingga Pemerintah Swedia berkomitmen menjaga konservasi sumber daya airnya hingga sekarang ini? Ternyata di kota Stockhlom pernah mengalami masa-masa kelam ketika kota mengalami pertumbuhan yang cepat tanpa dukungan infrastruktur air dan sanitasinya.40 tahun silam,kondisi air di Stockhlom dan Swedia pada umumnya tidaklah sebersih hari ini. Ketika itu warga kota Stockhlom tidak ada yang berani berenang di danau-danau dan lebih menyukai berenang di kolam renang seperti di kota Jakarta saat ini.Berawal dari mewabahnya penyakit kolera di pertengahan abad ke-19 yang menewaskan sejumlah besar warga kota Stockhlom dan Gothenburg,mendorong pemerintah Swedia melakukan revolusi infrastruktur air dan sanitasi.Pembangunan besar besaran infrastruktur air minum disertai penyediaan instalasi pengolahan air limbah dengan desain tata ruang yang terintegrasi sehingga tidak ada air limbah yang dibuang ke arah hulu sungai, dari lokasi pengambilan (intake) air minum. Luar biasanya, jaringan air minum tersebut, bahkan tidak hanya menggelontorkan air dingin tetapi juga air panas. Lantas, pusat pengolahan air limbah juga memproduksi gas pemanas, yang dihasilkan dari pengolahan limbah padat ke tiap rumah saat musim dingin. Air baku dari Danau Mlaren lalu dijernihkan di Water Treatment Plant Norsborg, dan kemudian baru digelontorkan dengan pipa ke Hammarby Sjstad untuk digunakan dengan penuh perhitungan. Ketika air itu akan digunakan dan menjadi limbah dari kamar mandi atau dapur, dipompa terlebih dahulu ke Hammarby District Heating Plant. Limbah cair direbus, lalu uap panasnya dipisahkan dari air. Uap panas kemudian dimanfaatkan untuk pemanas listrik di kala musim dingin. Sementara limbah padat diolah sehingga menghasilkan pupuk bagi pertanian dan kehutanan. Biogas dari pengolahan limbah padat, juga untuk menjalankan bus dan mobil ramah lingkungan.
Model konservasi sumber daya air ala Swedia ini mengingatkan saya tentang konsep ketahanan air yang disampaikan oleh Dr.Heru Hendrayana,Guru Besar Hidrologi UGM dalam presentasi Air untuk Indonesia Sehat tanggal 12 Juli 2014 di Klaten.


Gambar 1. Konsep Ketahanan Air

Kalau model konservasi air minum yang digunakan oleh Swedia adalah air permukaan tanah dengan seminim mungkin campur tangan bahan-bahan kimia,maka konsep yang disampaikan oleh Bpk.Dr. Heru Hendrayana tersebut adalah konservasi air minum yang diambil dari sumber air bawah tanah.Untuk kondisi Indonesia saat ini memang lebih murah dan lebih mudah pengelolaan sumber daya air dari sumber air bawah tanah.Masih tersedia dengan jumlah cukup sumber-sumber air bawah tanah yang tersedia di berbagai tempat di seluruh Indonesia. Hanya kualitas air tanahnya yang membedakan satu daerah dengan daerah lainnya.Ini terkait dengan struktur material batuan yang ada di daerah tersebut serta kebiasaan masyarakat yang ikut mempengaruhi kualitas air tanah tersebut. Dari siklus hidrologi air tanah yang ditampilkan pada gambar diatas,dapat ditarik kesimpulan bahwa kita harus mempertahankan kuantitas dan kualitas ait tawar yang ada di daratan.
Bagaimana caranya? Yaitu dengan memperpanjang waktu tinggal air tanah dalam tanah serta memperpanjang umur air di daratan.Langkah paling gampang untuk memperpanjang waktu tinggal air tanah dalam tanah adalah tidak melakukan eksploitasi air bawah tanah secara berlebihan. Hotel berbintang,kompleks perumahan serta perusahaan dilarang mengambil air bawah tanah tanpa ada ijin khusus dari pemerintah setempat. Apabila ini tidak dilakukan akan berakibat sumur-sumur warga dimusim kemarau akan lebih cepat mengering sehingga potensi kekeringan melanda akan terjadi.Menjadi tugas pemerintah untuk membuatkan regulasi peraturannya dengan sanksi hukum yang berat bagi para pelanggarnya.Sedangkan untuk memperpanjang umur air didaratan,langkah paling mungkin yang bisa kita lakukan saat ini adalah tidak melakukan pengaspalan dan beon cor jalan di kampung-kampung.Pengaspalan diganti dengan konbloknisasi sehingga diwaktu musim penghujan air masih bisa terserap tanah melalui celah celah konblok.Air pun tidak langsung mengalir ke parit terus ke sungai dan akhirnya terbuang sia-sia ke laut.Kondisi berbeda bila jalan-jalan banyak memakai aspal dan beton cor untuk pengerasannya.Air hujan sebagian besar akan langsung menuju ke parit tanpa sempat meresap ke dalam tanah.Dari parit langsung menuju ke sungai akhirnya malah menyebabkan banjir.


Gambar 2. Aktifitas Manusia

Kembali ke model konservasi sumber daya air ala Swedia. Bagaimana kondisi sumber daya air di Indoensia saat ini? Indonesia merupakan negara nomor lima terbesar di dunia dalam ketersediaan air perkapita dengan mempunyai sumber daya air 3,22 triliun meter kubik per tahun, setara ketersediaan air per kapita sebesar 16.800 meter kubik per tahun.Persoalannya, negeri ini kurang pintar mengelola air. Tidak menghargai apalagi mengkonservasi setiap tetes air. Maka jangan heran bila tiap tahun, di berbagai media muncul berita mengenai persoalan-persoalan kekeringan. Kelemahan utama selanjutnya, pertama-tama justru terletak pada tidak efektifnya pasokan air baku. Telah dipahami bersama, ada sungai-sungai raksasa yang mengular di tanah Kalimantan maupun Papua; tetapi di sisi lain,banyak daerah di Jawa kekurangan air. Inilah faktanya,wilayah Indonesia tak terdiri dari gurun yang kering-kerontang. Namun di Gunung Kidul misalnya, untuk mencari air, penduduk setempat justru terpaksa harus memeras keringat. Minimnya penguasaan teknologi, membuat mereka tak mampu menambang air dari jaringan sungai bawah tanah.Miris,kan.
Diperlukannya bendungan, atau embung, empang, atau apalah namanya di Indonesia, juga terutama disebabkan karena perbandingan fluktuasi debit air sungai cukup tinggi antara musim kemarau dan musim hujan.Sungai Ciliwung misalnya, memiliki perbandingan 1:3.900. Artinya, bila saat kemarau debit air hanya 0,1 meter kubik per detik, sebaliknya pada saat musim hujan mencapai 390 meter kubik per detik. Tidak adanya jaminan tegas terhadap ketersediaan air baku, tergambar dari minimnya jumlah bendungan besar di Indonesia. Kini, tercatat ada 284 bendungan besar dengan total tampungan saat kondisi normal mencapai 12,4 miliar meter kubik. Dengan 257 bendungan besar diantaranya yang dikelola oleh Kementerian PU, dengan total tampungan mencapai 6,1 miliar meter kubik.
Belum lagi, ada upaya-upaya non-teknis di luar pembangunan infrastruktur yang diharapkan berperan besar dalam membentuk sikap dan tindakan masyarakat untuk lebih peduli permasalahan sumber daya air. Di Swedia misalnya,dengan hukum yang ketat, pada akhirnya membuat masyarakat ikut mengkonservasi sumber air. Upaya untuk menghijaukan kembali hutan lebih digalakkan lagi.Lebih banyak lagi perusahaan dilibatkan lewat program CSR-nya untuk mengalirkan kegiatan sosialnya mendukung reboisasi hutan.Walaupun dampak dari reboisasi hutan ini baru akan dirasakan pada 5-15 tahun mendatang. Setidaknya ada generasi mendatang masih bisa menikmati keindahan alamnya serta ketersediaan air tanah yang mencukupi.
Bila kepastian pasokan air baku telah mampu terkonfirmasi, maka langkah selanjutnya adalah dengan menyehatkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) supaya mampu menghadirkan air minum ke tiap rumah tangga di negeri ini.Sayangnya dari 380 PDAM di Indonesia, baru sekitar 140-an yang sehat. Hal ini tentu mempengaruhi kecepatan dalam perluasan jaringan.Usaha pemerintah lainnya dalam jangka panjang dan permanen dalam penyediaan air adalah membangun sistem penyediaan air minum (SPAM) di desa-desa yang rawan air. Dengan berbagai upaya yang telah pemerintah lakukan selama ini,usaha untuk memperpanjang umur air di daratan dapat secara bertahap dilakukan.Bukan pekerjaan instan dan usaha terus menerus mutlak dilakukan agar generasi mendatang tetap dapat menikmati warisan air bersih seperti saat ini.
Bila kita mengingat sejarah sewaktu negara kita dijajah oleh Belanda,sungai Ciliwung yang membelah kota Jakarta hingga akhir abad 18 dan awal abad 19, tidak hanya penduduk asli saja yang menggunakan air sungai Ciliwung untuk air minum, tapi juga orang-orang Belanda yang menetap di kota ini. Saat itu, air sungai Ciliwung masih sangat jernih dan belum terkontaminasi. Rasanya memang lebih sejuk dan segar dibanding dengan air sumur. Air sungai Ciliwung biasanya diminum begitu saja, tanpa proses penyaringan terlebih dahulu. Tapi seiring dengan pembukaan lahan di sekitar sungai, berbagai masalah kesehatan pun muncul terkait kebiasaan penduduk meminum air mentah dari sungai Ciliwung.Seperti kota Stockhlom,kota Jakarta pun (dulu Batavia) juga pernah terserang penyakit disentri, typhus, bahkan juga kolera. Ini terjadi karena air sungai Ciliwung yang sudah terkontaminasi.Perbedaanya kalau Pemerintah Stockhlom langsung melakukan revolusi infrastruktur air bersih beserta sanitasinya disertai dengan hukum yang ketat,sementara untuk Jakarta bisa kita lihat sekarang belum ada langkah kongkrit untuk sekedar memperbaiki kualitas air sungai Ciliwung.Kebiasaan membuang sampah di sungai masih bisa kita lihat sampai hari ini,walaupun sudah ada perda yang melarang itu.Sayangnya tidak ada tindakan tegas dari aparat pemerintah tentang masyarakat yang suka buang sampah di sungai Ciliwung. Melihat kondisi sekarang sungai Ciliwung,siapa yang berani berenang serta memanfaatkan langsung air sungai Ciliwung untuk air minum.Ditambah perubahan fungsi lahan di sekitar mata air di daerah resapan air di kota Bogor, berpotensi menimbulkan pencemaran sehingga air yang dikonsumsi penduduk menjadi tidak sehat lagi. Atau, sebagian dari sumber air itu mengering sehingga memicu bencana krisis air bersih.
Sementara dari filosofi masyarakat Jawa sebenarnya para pendahulu kita dulu sudah merumuskan pokok pokok pikiran utama dalam usaha perwujudan yang nyaman,damai dan sejahtera yang dikenal dengan konsep Hamemayu Hayuning Bawono. Tiga konsep tersebut adalah
Rahayuning bawono kapurbo soko waskitaning manungso artinya kelestarian bumi (sumber daya alam dan air) ditentukan oleh kearifan manusianya.Dapat diartikan bahwa perwujudan bumi (cipta) atau sumber daya air yang lestari untuk mendukung kehidupan manusia (rasa) hanya dapat dicapai atas upaya dari manusia itu sendiri (karsa).Suatu kaum/bangsa tidak akan berubah selama kaum/bangsa tersebut berusaha untuk merubah dirinya sendiri.
Dharmaning satrio mahanani rahayuning negoro artinya pengabdian para satria (para pengelola lingkungan) akan menjadi dasar kesejahteraan negara atau warganya.Upaya pelestarian bumi (sumber daya alam maupun air tanah) harus didasarkan pada semangat pengabdian.Inilah harga yang harus dibayar dalam pencapaian kesejahteraan bangsa dan negara ini.
Rahayuning manungso dumadi karono kamanungsane artinya kesejahteraan umat manusia ditentukan oleh sifat kemanusiaannya.Kalau kita ingin agar bumi (sumber daya alam dan air tanah) dapat secara lestari menopang kehidupan kita,maka sumber daya alam tersebut harus diberlakukan secara manusiawi.
Seandainya 3 konsep tersebut dapat dilaksanakan secara konsisten dan selaras antara pemerintah dengan rakyatnya,niscaya program konservasi sumber daya air akan berjalan lebih cepat tanpa ada gejolak di lapisan bawah masyarakat.Semoga…

  
KESIMPULAN DAN SARAN


Pelajaran utama dari Stockholm, dan Swedia dalam urusan pengelolaan air, sanitasi, dan pengolahan limbah seperti tersebut diatas merupakan sesuatu yang tidak boleh dipisah-pisahkan. Pemerintah Indonesia dan kita pun harusnya menyadari kesalahan kita dalam pengelolaan sumber daya air selama ini. Toh semua belum terlambat,alangkah baiknya lagi bila Pemerintah bisa meniru langkah-langkah konservasi sumber air yang telah dilakukan Pemerintah Swedia maupun Pemerintah di negara Eropa lainnya yang telah terbukti mempunyai sistem konservasi sumber daya air yang handal.
Upaya-upaya konservasi:
Pembuatan sumur resapan terutama di kawasan hulu (sumur resapan berfungsi untuk menahan dan menampung air hujan).


Gambar 3. Sumur Resapan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar