PENDAHULUAN
“Dan Kami turunkan air dari langit dengan suatu ukuran; lalu Kami
jadikan air itu menetap di bumi, dan Kami pasti berkuasa menghilangkannya”
(Alquran, Al Mu'minuun:18)
Sedemikian
pentingnya air bagi kehidupan manusia, membuat air adalah harta yang dikuasai Negara
untuk digunakan demi kemakmuran rakyat, seperti termaktub pada pasal 33
Undang-Undang Dasar 1945. Mitra Negara dalam hal ini, melibatkan peran warga
negaranya melalui perusahaan pengelolaan yang tentu dikendalikan oleh Negara
melalui aturan-aturannya.
Air tawar adalah hal yang paling penting untuk kesejahteraan kita.
Seperti mesin raksasa atau darah di tubuh kita, air bekerja siang dan malam.
Siklus air dan ekosistem yang melekat adalah faktor utama bagi kehidupan planet
ini. Dalam kehidupan manusia,air tawar digunakan untuk minum, mengolah makanan,
mandi, energi, transportasi, pertanian, industri, dan rekreasi.Semakin
bertambahnya jumlah penduduk setiap tahun membuat semakin banyak juga mulut
yang harus dipenuhi dahaganya.Padahal sumber air bersih dari tahun ke tahun
semakin menyusut jumlahnya bahkan ada yang sudah mengering.Dengan jumlah air
yang semakin terbatas serta semakin banyaknya manusia menyebabkan terjadinya
krisis air bersih. Selain jumlahnya, kualitas air tawar yang ada pun semakin
rusak. Perebutan penggunaan air bersih untuk berbagai keperluan menyebabkan
hilangnya akses yang layak terhadap air bersih bagi sebagian orang. Ditambah
perilaku boros air bersih menyebabkan semakin banyak lagi orang yang kehilangan
akses terhadap air bersih.Diperlukan usaha bersama untuk melindungi sumber daya
air yang tersisa dari kerusakan dan pencemaran yang diakibatkan karena ulah
segelintir masyarakat kita.
KONSERVASI SUMBER DAYA AIR
Dalam hal pengelolaan sumber daya air,kita bisa mencontoh salah satu
negara di daratan Skandinavia,Swedia.Negara yang beribukota di Stockholm
ini,telah berhasil dalam pembangunan infrastruktur air minum yang menjangkau
semua kalangan masyarakat.Perlindungan terhadap sumber airpun diberlakukan
dengan ketat.Jangankan membuang sampah di sungai maupun di danau yang satu lokasi
dengan pengambilan air minum,sekedar berenangpun dilarang.Untuk lebih
melindungi kualitas air serta akses air bersih yang lebih baik ,sejak tahun
1975 telah dilarang untuk membangun rumah baru dengan jarak 100 meter dari
garis pantai.Tanpa adanya hukum yang mengatur izin mendirikan bangunan dekat
perairan, maka dikhawatirkan akses terhadap air menjadi terbatas. Pembangunan
yang tak dikendalikan, juga ditakutkan merusak kelestarian sumber daya air.
Negara dengan 10.000 lebih danau ini,sangat penting menjaga kualitas
airnya.Danau-danau tersebut berfungsi sebagai sumber air cadangan bagi Kota
Stockholm. Hukum dengan ketat membatasi penjarahan atas kawasan penyangga danau
dari bangunan liar dan aktivitas manusia lainnya. Dengan adanya hukum yang
ketat tersebut,kebersihan air di danau itu sangat terjaga karena nyaris setara
dengan kualitas air minum.Menariknya lagi, air dari tiap keran di Stockholm dan
Swedia pada umumnya dapat langsung diminum tanpa harus dimasak atau harus
disaring terlebih dahulu.Sehingga di Swedia,air minum tidak ada yang dikemas
dalam botol plastik yang merugikan kelestarian lingkungan.
Penyebab apakah sehingga Pemerintah Swedia berkomitmen menjaga
konservasi sumber daya airnya hingga sekarang ini? Ternyata di kota Stockhlom
pernah mengalami masa-masa kelam ketika kota mengalami pertumbuhan yang cepat
tanpa dukungan infrastruktur air dan sanitasinya.40 tahun silam,kondisi air di
Stockhlom dan Swedia pada umumnya tidaklah sebersih hari ini. Ketika itu warga
kota Stockhlom tidak ada yang berani berenang di danau-danau dan lebih menyukai
berenang di kolam renang seperti di kota Jakarta saat ini.Berawal dari
mewabahnya penyakit kolera di pertengahan abad ke-19 yang menewaskan sejumlah
besar warga kota Stockhlom dan Gothenburg,mendorong pemerintah Swedia melakukan
revolusi infrastruktur air dan sanitasi.Pembangunan besar besaran infrastruktur
air minum disertai penyediaan instalasi pengolahan air limbah dengan desain
tata ruang yang terintegrasi sehingga tidak ada air limbah yang dibuang ke arah
hulu sungai, dari lokasi pengambilan (intake) air minum. Luar biasanya,
jaringan air minum tersebut, bahkan tidak hanya menggelontorkan air dingin
tetapi juga air panas. Lantas, pusat pengolahan air limbah juga memproduksi gas
pemanas, yang dihasilkan dari pengolahan limbah padat ke tiap rumah saat musim
dingin. Air baku dari Danau Mlaren lalu dijernihkan di Water Treatment Plant
Norsborg, dan kemudian baru digelontorkan dengan pipa ke Hammarby Sjstad untuk
digunakan dengan penuh perhitungan. Ketika air itu akan digunakan dan menjadi
limbah dari kamar mandi atau dapur, dipompa terlebih dahulu ke Hammarby
District Heating Plant. Limbah cair direbus, lalu uap panasnya dipisahkan dari
air. Uap panas kemudian dimanfaatkan untuk pemanas listrik di kala musim dingin.
Sementara limbah padat diolah sehingga menghasilkan pupuk bagi pertanian dan
kehutanan. Biogas dari pengolahan limbah padat, juga untuk menjalankan bus dan
mobil ramah lingkungan.
Model konservasi sumber daya air ala Swedia ini mengingatkan saya
tentang konsep ketahanan air yang disampaikan oleh Dr.Heru Hendrayana,Guru
Besar Hidrologi UGM dalam presentasi Air untuk Indonesia Sehat tanggal 12 Juli
2014 di Klaten.
Gambar 1. Konsep Ketahanan Air
Kalau model konservasi air minum yang digunakan oleh Swedia adalah air
permukaan tanah dengan seminim mungkin campur tangan bahan-bahan kimia,maka
konsep yang disampaikan oleh Bpk.Dr. Heru Hendrayana tersebut adalah konservasi
air minum yang diambil dari sumber air bawah tanah.Untuk kondisi Indonesia saat
ini memang lebih murah dan lebih mudah pengelolaan sumber daya air dari sumber
air bawah tanah.Masih tersedia dengan jumlah cukup sumber-sumber air bawah
tanah yang tersedia di berbagai tempat di seluruh Indonesia. Hanya kualitas air
tanahnya yang membedakan satu daerah dengan daerah lainnya.Ini terkait dengan
struktur material batuan yang ada di daerah tersebut serta kebiasaan masyarakat
yang ikut mempengaruhi kualitas air tanah tersebut. Dari siklus hidrologi air
tanah yang ditampilkan pada gambar diatas,dapat ditarik kesimpulan bahwa kita
harus mempertahankan kuantitas dan kualitas ait tawar yang ada di daratan.
Bagaimana caranya? Yaitu dengan memperpanjang waktu tinggal air tanah
dalam tanah serta memperpanjang umur air di daratan.Langkah paling gampang
untuk memperpanjang waktu tinggal air tanah dalam tanah adalah tidak melakukan
eksploitasi air bawah tanah secara berlebihan. Hotel berbintang,kompleks
perumahan serta perusahaan dilarang mengambil air bawah tanah tanpa ada ijin
khusus dari pemerintah setempat. Apabila ini tidak dilakukan akan berakibat
sumur-sumur warga dimusim kemarau akan lebih cepat mengering sehingga potensi
kekeringan melanda akan terjadi.Menjadi tugas pemerintah untuk membuatkan
regulasi peraturannya dengan sanksi hukum yang berat bagi para pelanggarnya.Sedangkan
untuk memperpanjang umur air didaratan,langkah paling mungkin yang bisa kita
lakukan saat ini adalah tidak melakukan pengaspalan dan beon cor jalan di
kampung-kampung.Pengaspalan diganti dengan konbloknisasi sehingga diwaktu musim
penghujan air masih bisa terserap tanah melalui celah celah konblok.Air pun
tidak langsung mengalir ke parit terus ke sungai dan akhirnya terbuang sia-sia
ke laut.Kondisi berbeda bila jalan-jalan banyak memakai aspal dan beton cor
untuk pengerasannya.Air hujan sebagian besar akan langsung menuju ke parit
tanpa sempat meresap ke dalam tanah.Dari parit langsung menuju ke sungai
akhirnya malah menyebabkan banjir.
Gambar 2. Aktifitas Manusia
Kembali ke model konservasi sumber daya air ala Swedia. Bagaimana kondisi
sumber daya air di Indoensia saat ini? Indonesia merupakan negara nomor lima
terbesar di dunia dalam ketersediaan air perkapita dengan mempunyai sumber daya
air 3,22 triliun meter kubik per tahun, setara ketersediaan air per kapita
sebesar 16.800 meter kubik per tahun.Persoalannya, negeri ini kurang pintar
mengelola air. Tidak menghargai apalagi mengkonservasi setiap tetes air. Maka
jangan heran bila tiap tahun, di berbagai media muncul berita mengenai
persoalan-persoalan kekeringan. Kelemahan utama selanjutnya, pertama-tama
justru terletak pada tidak efektifnya pasokan air baku. Telah dipahami bersama,
ada sungai-sungai raksasa yang mengular di tanah Kalimantan maupun Papua;
tetapi di sisi lain,banyak daerah di Jawa kekurangan air. Inilah faktanya,wilayah
Indonesia tak terdiri dari gurun yang kering-kerontang. Namun di Gunung Kidul
misalnya, untuk mencari air, penduduk setempat justru terpaksa harus memeras
keringat. Minimnya penguasaan teknologi, membuat mereka tak mampu menambang air
dari jaringan sungai bawah tanah.Miris,kan.
Diperlukannya bendungan, atau embung, empang, atau apalah namanya di
Indonesia, juga terutama disebabkan karena perbandingan fluktuasi debit air
sungai cukup tinggi antara musim kemarau dan musim hujan.Sungai Ciliwung
misalnya, memiliki perbandingan 1:3.900. Artinya, bila saat kemarau debit air
hanya 0,1 meter kubik per detik, sebaliknya pada saat musim hujan mencapai 390
meter kubik per detik. Tidak adanya jaminan tegas terhadap ketersediaan air
baku, tergambar dari minimnya jumlah bendungan besar di Indonesia. Kini,
tercatat ada 284 bendungan besar dengan total tampungan saat kondisi normal
mencapai 12,4 miliar meter kubik. Dengan 257 bendungan besar diantaranya yang
dikelola oleh Kementerian PU, dengan total tampungan mencapai 6,1 miliar meter
kubik.
Belum lagi, ada upaya-upaya non-teknis di luar pembangunan infrastruktur
yang diharapkan berperan besar dalam membentuk sikap dan tindakan masyarakat
untuk lebih peduli permasalahan sumber daya air. Di Swedia misalnya,dengan
hukum yang ketat, pada akhirnya membuat masyarakat ikut mengkonservasi sumber
air. Upaya untuk menghijaukan kembali hutan lebih digalakkan lagi.Lebih banyak
lagi perusahaan dilibatkan lewat program CSR-nya untuk mengalirkan kegiatan
sosialnya mendukung reboisasi hutan.Walaupun dampak dari reboisasi hutan ini
baru akan dirasakan pada 5-15 tahun mendatang. Setidaknya ada generasi
mendatang masih bisa menikmati keindahan alamnya serta ketersediaan air tanah
yang mencukupi.
Bila kepastian pasokan air baku telah mampu terkonfirmasi, maka langkah
selanjutnya adalah dengan menyehatkan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) supaya
mampu menghadirkan air minum ke tiap rumah tangga di negeri ini.Sayangnya dari
380 PDAM di Indonesia, baru sekitar 140-an yang sehat. Hal ini tentu
mempengaruhi kecepatan dalam perluasan jaringan.Usaha pemerintah lainnya dalam
jangka panjang dan permanen dalam penyediaan air adalah membangun sistem
penyediaan air minum (SPAM) di desa-desa yang rawan air. Dengan berbagai upaya
yang telah pemerintah lakukan selama ini,usaha untuk memperpanjang umur air di
daratan dapat secara bertahap dilakukan.Bukan pekerjaan instan dan usaha terus
menerus mutlak dilakukan agar generasi mendatang tetap dapat menikmati warisan air
bersih seperti saat ini.
Bila kita mengingat sejarah sewaktu negara kita dijajah oleh
Belanda,sungai Ciliwung yang membelah kota Jakarta hingga akhir abad 18 dan
awal abad 19, tidak hanya penduduk asli saja yang menggunakan air sungai
Ciliwung untuk air minum, tapi juga orang-orang Belanda yang menetap di kota
ini. Saat itu, air sungai Ciliwung masih sangat jernih dan belum
terkontaminasi. Rasanya memang lebih sejuk dan segar dibanding dengan air
sumur. Air sungai Ciliwung biasanya diminum begitu saja, tanpa proses
penyaringan terlebih dahulu. Tapi seiring dengan pembukaan lahan di sekitar
sungai, berbagai masalah kesehatan pun muncul terkait kebiasaan penduduk
meminum air mentah dari sungai Ciliwung.Seperti kota Stockhlom,kota Jakarta pun
(dulu Batavia) juga pernah terserang penyakit disentri, typhus, bahkan juga
kolera. Ini terjadi karena air sungai Ciliwung yang sudah
terkontaminasi.Perbedaanya kalau Pemerintah Stockhlom langsung melakukan
revolusi infrastruktur air bersih beserta sanitasinya disertai dengan hukum
yang ketat,sementara untuk Jakarta bisa kita lihat sekarang belum ada langkah
kongkrit untuk sekedar memperbaiki kualitas air sungai Ciliwung.Kebiasaan
membuang sampah di sungai masih bisa kita lihat sampai hari ini,walaupun sudah
ada perda yang melarang itu.Sayangnya tidak ada tindakan tegas dari aparat
pemerintah tentang masyarakat yang suka buang sampah di sungai Ciliwung.
Melihat kondisi sekarang sungai Ciliwung,siapa yang berani berenang serta
memanfaatkan langsung air sungai Ciliwung untuk air minum.Ditambah perubahan
fungsi lahan di sekitar mata air di daerah resapan air di kota Bogor,
berpotensi menimbulkan pencemaran sehingga air yang dikonsumsi penduduk menjadi
tidak sehat lagi. Atau, sebagian dari sumber air itu mengering sehingga memicu
bencana krisis air bersih.
Sementara dari filosofi masyarakat Jawa sebenarnya para pendahulu kita
dulu sudah merumuskan pokok pokok pikiran utama dalam usaha perwujudan yang
nyaman,damai dan sejahtera yang dikenal dengan konsep Hamemayu Hayuning Bawono.
Tiga konsep tersebut adalah
Rahayuning bawono kapurbo soko waskitaning manungso artinya kelestarian
bumi (sumber daya alam dan air) ditentukan oleh kearifan manusianya.Dapat
diartikan bahwa perwujudan bumi (cipta) atau sumber daya air yang lestari untuk
mendukung kehidupan manusia (rasa) hanya dapat dicapai atas upaya dari manusia
itu sendiri (karsa).Suatu kaum/bangsa tidak akan berubah selama kaum/bangsa
tersebut berusaha untuk merubah dirinya sendiri.
Dharmaning satrio mahanani rahayuning negoro artinya pengabdian para
satria (para pengelola lingkungan) akan menjadi dasar kesejahteraan negara atau
warganya.Upaya pelestarian bumi (sumber daya alam maupun air tanah) harus
didasarkan pada semangat pengabdian.Inilah harga yang harus dibayar dalam
pencapaian kesejahteraan bangsa dan negara ini.
Rahayuning manungso dumadi karono kamanungsane artinya kesejahteraan
umat manusia ditentukan oleh sifat kemanusiaannya.Kalau kita ingin agar bumi
(sumber daya alam dan air tanah) dapat secara lestari menopang kehidupan kita,maka
sumber daya alam tersebut harus diberlakukan secara manusiawi.
Seandainya 3 konsep tersebut dapat dilaksanakan secara konsisten dan
selaras antara pemerintah dengan rakyatnya,niscaya program konservasi sumber
daya air akan berjalan lebih cepat tanpa ada gejolak di lapisan bawah
masyarakat.Semoga…
KESIMPULAN DAN SARAN
Pelajaran utama dari Stockholm, dan Swedia dalam urusan pengelolaan air,
sanitasi, dan pengolahan limbah seperti tersebut diatas merupakan sesuatu yang
tidak boleh dipisah-pisahkan. Pemerintah Indonesia dan kita pun harusnya
menyadari kesalahan kita dalam pengelolaan sumber daya air selama ini. Toh
semua belum terlambat,alangkah baiknya lagi bila Pemerintah bisa meniru
langkah-langkah konservasi sumber air yang telah dilakukan Pemerintah Swedia
maupun Pemerintah di negara Eropa lainnya yang telah terbukti mempunyai sistem
konservasi sumber daya air yang handal.
Upaya-upaya
konservasi:
Pembuatan sumur
resapan terutama di kawasan hulu (sumur resapan berfungsi untuk menahan dan menampung
air hujan).
Gambar 3. Sumur Resapan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar