Kabupaten
Ponorogo dikenal dengan julukan Kota Reog atau Bumi Reog karena daerah ini
merupakan daerah asal dari kesenian Reog. Setiap tahun pada bulan Suro
(Muharram), Kabupaten Ponorogo mengadakan suatu rangkaian acara berupa pesta
rakyat yaitu Grebeg Suro. Dalam acara Grebek Suro diadakan Kirab Pusaka yang
biasa diadakan sehari sebelum tanggal 1 Muharram. Pada Malam harinya, di
aloon-aloon kota, Festival Reog Internasional memasuki babak final.
Gambar Seni Reog Ponorogo
1. Alur Tarian Reog Ponorogo
Alur
pementasan Reog yaitu Warok, kemudian Jatilan, Bujangganong, Klana Sewandana,
barulah Barongan atau Dadak Merak di bagian akhir. Ketika salah satu unsur di
atas sedang beraksi, unsur lain ikut bergerak atau menari meski tidak menonjol.
Tarian
pembukaan biasanya dibawakan oleh 6-8 pria gagah berani dengan pakaian serba
hitam, dengan muka dipoles warna merah, mereka adalah warok. Berikutnya adalah
tarian yang dibawakan oleh 6-8 gadis yang menaiki kuda, biasa disebut sebagai
jathilan. Setelah tarian pembukaan selesai, baru ditampilkan adegan inti yang
isinya bergantung kondisi di mana seni reog ditampilkan.
2. Tokoh-tokoh dalam Tarian
Reog Ponorogo
2.1. Bujang Ganong
Menggambarkan
sosok patih muda ( Patihnya Klana Sewandana) yang cekatan, cerdik, jenaka, dan
sakti. Sosok ini digambarkan dengan topeng yang mirip dengan wajah raksasa.
Membawakan tarian dengan gerakan lucu dan gerakan akrobatik.
Kostum: Topeng ganongan,
rompi, celana dingkik, embong, sabuk timang.
2.2. Warok
Pengawal
raja Klana Sewandana. Dalam pentas, sosok warok muda digambarkan tengah
berlatih mengolah ilmu kanuragan, digambarkan berbadan gempal dengan bulu dada,
kumis dan jambang lebat serta mata yang tajam. Sementara warok tua digambarkan
sebagai pelatih atau pengawas warok muda yang digambarkan berbadan kurus,
berjanggut putih panjang, dan berjalan dengan bantuan tongkat.
Kostum: udeng, penadon,
sabuk timang/otok, kolor, make up: muka diwarna merah,jenggot tebal.
2.3. Jathil
Prajurit
berkuda pengawal raja Klana Sewandana. Dalam pentas, sosok jathilan diperankan
oleh kelompok penari gemblak atau yang sekarang lebih banyak dibawakan oleh
sekelompok perempuan dengan gerakan gagah yang menunggangi kuda-kudaan. Menjadi
simbol kekuatan pasukan Kerajaan Majapahit.
Kostum: jaran kepang, udeng,
baju putih, sabuk timang, sampur, celana panjen, make up: putra halus/cantik.
2.4. Klana Sewandana
Penari
dan tarian yang menggambarkan sosok raja dari kerajaan Bantarangin, kerajaan
yang dipercaya berada di wilayah Ponorogo zaman dahulu. Sosok ini digambarkan
dengan topeng bermahkota, dengan senjata andalan Pecut Samandiman; berbentuk
tongkat lurus dari rotan berhias jebug dari sayet warna merah diseling kuning
sebanyak 5 atau 7 jebug.
Kostum: Topeng Klana,
badhong di punggung, kalung ulur, klat bahu,, sabuk timang, celana cinde merah,
pecut.
2.5. Singo Barong
Singo
Barong dalam cerita, ditaklukan oleh pasukan Klana sewandana dengan menggunakan
pecut sakti samandiman. Topeng dadak merak tingginya dapat mencapai 2m dengan
berat 50kg. Penari membawakan topeng ini dengan cara mengigit sebilah kayu pada
bagian belakang topeng.
Kostum: topeng dadak merak,
celana gombyok, baju kimplong.
3. Musik Dalam Reog Ponorogo
3.1. Gendang & Ketipung
Berfungsi
sebagai pemberi aba-aba dan penambah meriah gending.
3.2. Angklung
Berfungsi
sebagai ritmis, berjumlah 4. Berlaras pelog 2 dan slendro 2. Dibunyikan sebagai
pengiring disela – sela kethuk dan kenong, namun kadang bersamaan menurut
gendingnya.
3.3. Slompret
Sebagai
pembawa melodi dan pemberi aba – aba sebelum gamelan dibunyikan. Keistimewaan
peniup terompet Reog Ponorogo adalah mampu membunyikan terompet terus menerus
selama gamelan berbunyi.
3.4. Gong (Kempul)
Kempul
beasr berselaras slendro bernada dua berfungsi sebagai bas, dipukul bersamaan
dengan pukulan genap kenong.
3.5. Kethuk & Kenong
Berfungsi
sebagai ritmis dipukul secara bergantian dengan ritme yang tetap sesuai dengan
tempo gending, diman tipa pukulan genap genong dibarengi dengan gong (kempul).