Minggu, 26 November 2023

MANAJEMEN SPIRITUAL DI MASA PANDEMI COVID-19

 

Seorang pegawai tetap yang kerja di Divisi Kapal Perang mengeluh karena atasannya tidak adil. Dia paling senior dan sudah bekerja lebih dari 25 tahun namun juga belum diangkat sebagai Kepala Biro, sedangkan ada pegawai yang kerja baru 5 tahun sudah diangkat sebagai Kepala Biro. Dia merasa didzalimi dan marah sekali.

……………………………………………………………………………………………..

Saya tanya,”Apa yang membedakan pegawai baru dengan diri Anda sehingga pegawai baru kerja 5 tahun sudah diangkat sebagai Kepala Biro?”

“Bapak tidak boleh begitu. Bapak pilih kasih. Saya kan sudah bekerja lebih dari 25 tahun masa tidak dihargai,” keluhnya.

“Anda belum jawab pertanyaan saya,” kejar saya.

Pegawai senior ini tertunduk dan tidak berani menjawab pertanyaan saya.

Saya mengulangi pertanyaan saya, kali ini dengan lebih perlahan, ”Apa yang membedakan pegawai baru dengan diri Anda sehingga pegawai baru kerja 5 tahun sudah diangkat sebagai Kepala Biro?”

“Pegawai baru itu lebih disayang Bapak,”jawabnya.

“Menurut anda mengapa saya lebih sayang pegawai baru itu?”tanya saya

“Pegawai baru itu mampu dan konsisten menyelaraskan budaya kerja dengan spiritual organisasi bisnis walaupun di masa pandemi Covid-19”jawabnya.

“Nah, kalau anda bagaimana?” Tanya saya lagi.

“Memang saya tidak bisa seperti pegawai baru itu, tapi saya kan sudah kerja lebih dari 25 tahun. Masa ini tidak dihargai,” kembali ia mengeluh.

“Begini lho pemikirannya manajemen perusahaan. Manajemen jauh lebih suka dan menghargai pegawai yang mampu dan konsisten menyelaraskan budaya kerja “AKHLAK” dengan spiritual organisasi bisnis sehingga perusahaan dapat meningkatkan produktifitas dan kinerja. Kepanjangan “AKHLAK” adalah :

 

 

Bila hanya mengandalkan lama waktu kerja sebagai ukuran pengangkatan sebagai Kepala Biro tentu ini tidak fair. Apalagi pegawai ini prestasinya biasa saja. Harga atau nilai pegawai di mata manajemen ditentukan oleh besar kontribusi yang mereka berikan bukan hanya ditentukan oleh masa kerja. Jadi saran saya, anda harus kerja keras dan buat prestasi yang membanggakan unit kerja anda,”jelas saya.

“Tapi buat apa saya kerja keras, bela-belain perusahaan kalau sekarang saya masih pelaksana,”tanyanya.

“Maunya anda bagaimana?”

“Harusnya perusahaan segera mengangkat saya sebagai Kepala Biro. Setelah itu tentu saya akan semangat kerja dan membuat prestasi yang membanggakan perusahaan,” jawabnya lagi.

Saya sering jumpa pegawai tipe ini, cara berfikir terbalik dan melanggar hukum “Tabur- Tuai”. Hukum Tabur-Tuai mengatakan bahwa untuk bisa menuai kita perlu menabur. Urutannya tabur kemudian tuai bukan tuai baru tabur.